Friday, June 18, 2010

gadis penjual bunga




GADIS PENJUAL BUNGA

By CLUMSY

Translate : CHELZ


Musim Semi.

Dia tersenyum kepada dirinya sendiri sambil berjalan sepanjang jalan yang telah dikenalnya. Tanda datangnya musim semi selalu memberikan kebahagiaan tersendiri baginya. Musim dingin biasanya adalah musim terparah, bukan karena dia membenci cuacanya namun karena ada alasan lainnya.

Berjalan dengan penuh semangat baru, dia menyapa dengan riang hari yang indah itu. Udara segar pagi itu mengelilinginya dan dia menghirupnya dengan penuh rasa bersyukur. Ini adalah salah satu dari saat terindah sepanjang hari itu. Dia sangat menantikan datangnya hari ini.

Sekarang, seperti hari-hari lainnya di sepanjang hidupnya (kecuali pada musim dingin), apartemen dan tempatnya bekerja dipenuhi dengan bunga-bunga yang indah. Dan. Teman-teman kerjanya akan meributinya lagi dengan pertanyaan asal datangnya bunga-bunga indah itu. Mereka semua akan bertanya-tanya mengapa dia menyukai hal yang sifatnya manis begitu.

Tidak ada seorangpun yang mengetahui rahasianya.

Dia berjalan penuh semangat dengan tangan di kantongnya. Berhenti di tengah perjalanan menuju tempat tujuannya, dia tersenyum kembali dengan perasaan yang bodoh. Mungkin dia hanya rindu melakukannya.Walaupun, dia menempuh jalur yang sama setiap harinya, perasaannya selalu tidak sama.

Bunga mawar, bunga , bunga matahari, bunga krisan, bunga anggrek, bunga aster dan banyak lagi yang bermekaran. Dia sangat menyukai bunga lily, berwarna putih dan kekuningan bercampur dengan semburan warna pink dan kadangkala bercak merah. Suatu pertumbuhan yang cantik. Seseorang bisa duduk diam di depan meja makannya dan dapat membawa senyum ke wajahnya. Tetapi tidak satupun, atau beberapa tidak dapat bertahan cukup lama.

Dia bergerak menyebrangi jalan. Ada sebuah toko bunga yang cantik disana yang tidak kelihatan dari luar tetapi ini merupakan tempat yang sama yang selalu menjadi tempat yang istimewa baginya.

Ibunya selalu menyukai bunga di mana mereka akan berhenti untuk membeli selusin bunga saat berjalan pagi ketika dia masihlah seorang anak laki-laki. Sehari sekali. Dan di sepanjang perjalanan, dia akan bermain bersama seorang anak perempuan yang akan memberinya sebatang bunga lily. Dia adalah anak pemilik toko bunga tersebut.

Gadis penjual bunga.

Cantik, wangi, menarik, misterius, manis, menyenangkan, membanggakan. Bunga-bunga akan selalu menjadi cantik dan dia adalah bunga itu sendiri.

Dia berhenti tepat di depan pintu dan memegang gagang pintu itu. Bungi klang yang berasal dari pintu sangat dirindukannya termasuk bunga-bunga itu sendiri. Ruang yang kosong itu dipenuhi dengan wewangian yang berasal dari serbuk bunga dan aroma terapi yang tak lupa juga keanekaragaman warnanya.Dia sangat amat merindukan tempat ini.

“Selamat datang!”

Suara itu membuat jantungnya berdetak. Dia berdiri di sudut ruang toko sedang merangkai bunga mawar kuning ke dalam sebuah keranjang. Dia mengenakan baju polo berlengan panjang yang berwarna putih dan sebuah celana jins ketat dengan kain apronnya yang selalu berwarna pink.

“Selamat pagi!” Dia berkata lagi saat berbalik ketika dia tetap berdiam diri memenuhi indra perasanya dengan kehadirannya setelah semua waktu penungguannya. “Kau!”

“Lama tidak berjumpa.”

“Ya, musim dingin tidak pernah cocok untuk bisnis ini.”

“Orang-orang memerlukan bunga untuk musim dingan juga.”

“Mereka memerlukannya?”

“Uh-huh.”

“Oh yah, pemasok-pemasok kami tidak mempunyai stok yang cukup.”

“Aku mengerti.”

“Bunga Lily?”

“Ya, tolong. Tiga batang kali ini.”

“Tiga batang... Aku akan memilih yang tercantik buatmu.”

“Terima kasih.”

“Dia adalah wanita yang beruntung.”

“Yang menyukai bunga lily.”

“Ya...”

“Aku hanya penasaran...”

“Ya?”

“Suatu kesempatan aku menanyakan padamu apakah aku dapat membeli semua bunga lily yang ada padamu, dan kau berkata tidak boleh, mengapa?”

“Karena pemasok kami hanya mengantarkannya sekali dalam seminggu.”

“Hmmmm... pasti ada orang yang ingin kau jualkan bunga-bunga itu kepadanya setiap hari namun...”

“Sepertinya...”

“Ah...”

“Perempuan yang kau berikan bunga lily ini...”

“Ya?”

“Apakah kau mencintainya?”

“Aku pikir begitu.”

“Oh...”

“Pria ini yang kau jualkan bunga lily lainnya kepadanya, apakah kau mencintainya?”

“Aku pikir begitu juga...”

“Kalau begitu aku ingin bertemu dengannya...”

“Dia datang kemari setiap kali dan memesan tiga batang . Gadis itu... apakah dia menerima bunga-bunga lily itu...”

“Aku tidak akan dapat mengetahuinya...”

Dia akhirnya menyerahkannya sebuket bunga yang dihiasa pita merah. Mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk memberikannya kepadanya. Dia tersenyum dan memandangnya.

“Aku ingin mengetahuinya sekarang apakah gadis yang kucintai itu akan menerima bunga lily ini...”

“Dia menyukai bunga lily kan?”

Dia memberikan kepadanya senyum terindah sambil menyerahkan kembali buket itu ke tangannya. Wajahnya seketika itu juga memerah malu seperti pada warna merah muda di taman bunga.

--------------------------------------------------------------------

No comments: